LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
IDK KIMIA
KROMATOGRAFI DAN SAFETY
OLEH :
DWI AYU WAHYUNI
G1B112030
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis berhasil menyelesaikan laporan semester pratikum IDK kimia ini.
Laporan
semester ini dibuat oleh penulis sesuai
dengan hasil pratikum yang telah dilaksanakan. Diharapkan laporan ini dapat
dijadikan pedoman bersama dalam mata kuliah IDK Kimia yang mana di dalamnya
mencakup materi dan metoda, hasil pembahasan, serta kesimpulan. Serta dapat memberikan manfaat dalam
memperdalam pengetahuan mengenainya dan dalam kehidupan sehari-hari
khususnya dalam bidang ilmu kesehatan. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum
Kimia ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan
saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia.
Dan tak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada Asisten Dosen yang telah membinbing
penulis dari awal praktekum hingga selesainya laporan semester ini. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan lainnya di masa mendatang.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih,dan semoga makalah ini dapat di terima oleh Dosen pembimbing/Asisten Dosen mata kuliah IDK Kimia, serta dapat menambah wawasan bagi kita semua, amin.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih,dan semoga makalah ini dapat di terima oleh Dosen pembimbing/Asisten Dosen mata kuliah IDK Kimia, serta dapat menambah wawasan bagi kita semua, amin.
Jambi, November
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................. ii
BAB
I
........... PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................. 1
BAB
II
........... TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3
BAB
III
MATERI
DAN METODA
........... 3.1. Waktu dan Tempat...................................................................... 6
........... 3.2. Materi........................................................................................ 6
3.3. Metoda....................................................................................... 6
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN..................................................................... 8
PENUTUP
·
Kesimpulan...................................................................................... 13
·
Saran.............................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada
kromatografi komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu
fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran, sedangkan
fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan
pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase
gerak akan bergerak lebih cepat.
Dalam penggolongan kromatografi yang didasarkan pada
teknik yang digunakan. Kromatografi kertas merupakan bagian khusus dari
kromatografi cairan-cairan di mana cairan stasionernya merupakan lapisan
pelarut yang terabsorpsi pada kertas. Keuntungan dari metode ini adalah
kesederhanaannya, karena pekerjaan yang perlu dilakukan adalah menitikkan tinta
di dekat tepian kertas, lalu mencelupkan ujung kertas tersebut ke
dalam pelarut. metode ini sesuai untuk memisahkan dan
mengidentifikasi senyawaan dalam campuran.
Safety
berarti keamanan dan keselamatan. Dalam bekerja di laboratorium Keselamatan
dan keamanan bagi para praktikan dan
semua pihak yang terlibat dalam proses
kerja adalah salah satu hal terpenting yang harus di perhatikan. Melakukan praktek sesuai dengan prosedur yang
ada itu lebih baik karena itu semua akan mengurangi resiko kecelakaan yang terjadi
didalam laboratorium. Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen,
peneliti melakukan berbagai macam
praktikum dan bermacam-macam percobaan.
Praktikum dan percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia,
peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Untuk itu kedisiplinan
para praktikan untuk memekai alat pelindungan diri saat bekerja di dalam
laboratorium harus di tingkatkan.
TUJUAN DAN
MANFAAT
Percobaan kromatografi ini bertujuan untuk memisahkan
zat terlarut dari campurannya berdasarkan perbedaan kelarutannya. Di percobaan
ini kami menggunakan kertas saring, komponen dipisahkan berdasarkan perbedaan
kelarutan dengan jarak perbantingan yang
beragam. Oleh karena itu, percobaan ini sangat penting dilakukan
untuk Mengetahui jarak perbandingan atau Rf dari masing-masing noda,
Mengetahui penggolongan kromatografi, serta Mengetahui prinsip percobaan
kromatografi kertas.
Adapun manfaat dari mempelajari kromatografi ini
adalah memberikan wawasa bagi kita dalam kemajuan ilmu pengetahuan sehari –
hari dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang juga berkaitan dengan
ilmu kesehatan.
Matakuliah safety di dalam laboratorium, bertujuan
agar mahasiswa mendapatkan materi tentang keselamatan kerja di laboratorium
kimia. Adapun mamfaat dari materi yang disampaikan sangat penting dalam
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kimia. Sebagai seorang calon perawat
yang tentu akan terarah juga materi kuliahnya ke laboratorium, membutuhkan persiapkan
untuk mampu bekerja di laboratorium yang memiliki resiko terhadap keselamatan
dan kesehatan diri dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
di bidang ilmu kesehatan, harus mendapatkan bekal dasar-dasar keselamatan kerja
sehingga ketika mengikuti kegiatan pembelajaran di laboratorium mampu bekerja
dengan aman dan mampu mencegah dan menangani adanya kecelakaan kerja.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel
Tswett, seorang ahli dari Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk
memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman. Tswett
sendiri mengantisipasi penearapan pada beraneka ragam sistem kimia. Seandainya
karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberap bidang sains mungkin akan
lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap tersembunyi sampai sekitar
tahun 1931, ketika pemisahan karotenatumbuhan dilaporkan oleh ahli sains
organik terkemuka yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik lebih banyak perhatian dan
kromatografi adsorsi menjadi meluas pemakaiannya dalam bidang kimia hasil alam.
Day dan
Underwood, Menyatakan dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam
dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak
dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan
partikel-partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya
digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar
dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun,
kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan
solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi.
Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita
diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut
dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang
berbeda, untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa
berwarna, tentu saja noda-nodanya dapat terlihat (Day dan Underwood, 2001).
Bernaseoni, berpendapat bahwa di bidang teknik kimia
seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau lelehan, tanpa
mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair tersebut. Seringkali
juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan atau
harus dihasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu, untuk maksud tersebut proses kristalisasi
dapat digunakan. Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul
yang teratur. Yang dimaksud kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk
kristal dari suatu larutan atau lelehan. Hasil kristalisasi dari lelehan sering
harus didinginkan lagi atau dikecilkan ukurannya (Bernaseoni, 2005).
Csaba Horvath,
adalah ilmuan yang pertama kali mempraktekan Kromatografi Cair sebagai
komplemen Kromatografi Gas terus dikembangkan menjadi Kromatografi Cair
Tekanan Tinggi / HPLC ( High Pressure
Liquid Chromatography). Dengan memakai fase diam di kolom kaca yang
disertai pengaliran fase gerak bertekanan tinggi, kromatografi dengan teknik
ini dikenal sebagai "High
Pressure Liquid Chromatography" (Csaba Horvath1970).
Consden,
Gordon dan Martin, memperkenalkan teknik kromatografi kertas yang menggunakan
kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang
memiliki afinitas terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bla air
diadsorbsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat
dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berpran sebgai penyngga dan air
bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas
(Consden, Gordon dan Martin 1994).
Dr Safni, M.Eng , adalah seorang ahli kimia dari
Universitas Andalas (Unand) Padang lulusan Gifu University, Jepang .berhasil
mengembangkan teknik kromatografi ion yang sebelumnya telah dirintis para
ilmuwan kimia dunia. menjelaskan, dalam pengembangan teknik kromatografi
tersebut, kondroitin sulfat merupakan suatu zat yang dapat ditemukan di dalam
tulang, kornea dan beberapa jenis obat tetes mata, yang dapat mempengaruhi
elastisitas dari jaringan dan permiabilitas dari ion-ion, Safni mengatakan,
dengan menggunakan ionik polisakarida sebagai pemodifikasi kolom, pada
gilirannya diperoleh waktu retensi yang lebih kecil dari pemisahan anion-anion.
Waktu retensi dari iodat, nitrat dan tiosianat berkurang setelah pemodifikasian
menggunakan kolom kondroitin sulfat C dan heparin. (Dr.Safni,M.Eng,2012).
Paryanto,menyatakan bahwa kristalisasi adalah proses pembentukan fase
padat (kristal) komponen tunggal dari fase cair (larutan atau lelehan) yang
multi komponen, dan dilakukan dengan cara pendinginan, penguapan dan atau
kombinasi pendinginan dan penguapan. Proses pembentukan kristal dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu (1) pencapaian kondisi super/lewat jenuh (supersaturation),
(2) pembentukan inti kristal (nucleation), dan 93) pertumbuhan inti kristal
menjadi kristal (crystal growth). Kondisi super jenuh dapat dicapai dengan
pendinginan. Penguapan, penambahan presipitan atau sebagai akibat dari reaksi
kimia antara dua fase yang homogen. Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi
setelah kondisi super/lewat jenuh /supersaturated tercapai (Paryanto, 2007).
ILO(international
labour organization) menyatakan bahwa, apapun keadaan yang menimpa suatu
negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak asasi yang mendasar.
Setyawati, berpendapat bahwa pekerja laboratorium
harus memiliki tingkat kepatuhan terhadap peraturan dan pengarahan K3 dalam
melakukan pekerjaanya (Setyawati,2002).
Imamkhasani, berpendapat bahwa tanggung jawab moral
dan keselamatan kerja memegang peran penting dalam pencegahan kecelakaan setiap
individu, peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja
(Imamkhasani,1990).
Markkenen, berpendapat bahwa keselamatan dan
kesehatan pekerja harus tetap dilindungi, baik suatu negara tersebut mengalami
pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang dilanda resensi (Markkenen,2004).
Mankes, mengemukakan fakta dari hasil laporan
Nasional Safety Council (NSC) pada tahun1988,menunjukan bahwa terjadi
kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja industri lain, khasus
yang sering terjadi adalah tertusuk jarum,terkilir, sakit penggang, tergores, luka
bakar, dan penyakit infeksi lainnya, hal ini di kerenakan kurangnya
kedisiplinan pegawai tersebut dalam menggunakan alat pelindungan diri saat
bekerja. (Mankes,2007).
Erena, berpendapat banyaknya pekerja yang meremehkan
resiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia (Erna,2008).
Perwitasari dan anwar, menyatakan tingkat resiko
pemakaian APD (alat pelindung diri) dan kebersihan petugas laboratorium.
Dikarnakan tidak tersedianya APD di laboratorium serta kurangnya perhatian dari
kepala laboratorium dalam penyediaan APD dan anggarannya yang juga terbatas
(Perwitasari dan anwar,2006).
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktekum Ilmu Dasar
Keperawatan di bidang kimia yang berjudul kromatografi dilaksanakan pada tanggal 24 November 2012 dimulai pada
pukul 11.00 WIB dan penjelasan serta pembahasan mengenai materi safety di bahas
pada tanggal 22 November 2012 pada pukul 11.00 WIB hingga selesai. Kedua materi
kuliah ini dilaksanakan di gedung G PSIK Universitas Jambi.
3.2.
ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam praktekum IDK kimia yang berjudul Kromatografi ini adalah, kertas saring
sebagai pengganti dari kertas kromatografi,gelas kimia atau gleas plastik
biasa, tinta gel warna (kami menggunakan warna hitam, merah,dan biru), air,
penggaris, pensil, stiker dan gunting.
Adapun alat-alat yang umum di gunakan
dalam safety/keamanan dan keselamatan saat bekerja di laboratorium antara lain
yaitu, pelindung kepala seperti Bump Cap, pelindung mata seperti kaca mata
goggle, pelindung wajah seperti Face shield yang di gunakan pada saat operasi
peleburan logam, dan perlindungan pernapasan seperti Masker, jenis-jenis
sarungan tangan, serta pelindung badan seperti jas laboratorium.
3.3.
METODA
Metoda yang digunakan dalam
praktikum kimia kromatografi ini adalah membuat garis dengan pensil yang
berukuran 1cm dari unjung bawah kertas saring, lalu membuat titik dengan tinta
gel (kami menggunakan tinta warna merah, biru, dan hitam) menitikkan warna
merah di tengah garis itu, dan membuat titik di sebelah kanan dan kiri tinta
merah dengan menggunakan tinta warna buru dan hitam dengan jarak antar tinta
yaitu 2cm lalu kertas tersebut di gulung
sehingga membentuk silinder, setelah itu menepatkan kertas tersebut didalam
gelas kimia yang telah berisi air setinggi ½ cm sehingga ujung kertas terendam
dengan air, dan membiarkan air merambat kebagian atas kertas dengan zat
warnapun akan ikut naik ke atas kertas dengan waktu yang ditetapkan. Setelah air
merambat, kertas dikeluarkan dan dibiarkan mengering lalu mengukur jarak noda
dan jarak airnya dan didapatkanlah hasil perbandingannya.
Dalam menggunakan alat pengamanan
diri di laboratorium harus memiliki pemahaman/pengetahuan yang cukum dalam
karna perlindungan yang tidak memenuhi syarat standar dapat menularkan penyakit
bila di pakai berganti-gantian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
KROMATOGRAFI
Hasil
penelitian yang kami dapatkan pada percobaan pertama :
Warna tinta
|
Warna noda
|
Jarak noda
|
Jarak air
|
Jarak perbandingan
|
Merah
|
Merah
muda
|
3,5
|
12
|
3,5:12
= 0,29
|
Biru
|
Biru
muda
|
6,5
|
12,3
|
6,5:12,3
= 0,52
|
Hitam
|
Hutam
Kemerah-merahan.
|
10
|
12,6
|
10:12,6
= 0,79
|
Setelah kami melakukan percobaan ini
kami mendapatkan hasil bahwa zat warna dalam tinta ikut merambat di bawa oleh
air naik ke kertas. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Consden, Gordon dan Martin, mereka memperkenalkan
teknik kromatografi kertas yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang
fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air
atau pelarut polar lainnya. Bila air
diadsorbsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat
dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berpran sebgai penyngga dan air
bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas
(Consden, Gordon dan Martin 1994).
Semua pemisahan ini tergantung pada gerkan relative
dari masing-masing komponen di antara dua fase tersebut. Senyawa atau komponen
yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat
dari pada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen
yang satu dengan
yang lainnya disebabkan oleh
perbedaan dalam penguapan dia antara
kedua fase. Jika perbedaan-perbadaan ini
cukup besar, maka akan terjadi pemisahn secara sempurna .
Dalam percobaan pertama ini kami menemukan dua warna
yang asalnya dari satu zat warna, setelah di identifikasikan warna yang kami
temukan pada ujung atas warna hitam
memunculkan warna merah, hal ini membuat kami ragu dengan penelitian yang kami
lakukan, sehingga kami melakukan percobaan yang kedua dengan hasil :
Warna tinta
|
Warna noda
|
Jarak noda
|
Jarak air
|
Jarak perbandingan
|
Merah
|
Merah
muda
|
8
|
12,1
|
8:12,1
= 0,66
|
Biru
|
Biru
muda
|
7
|
12,3
|
7:12,3
= 0,56
|
Hitam
|
Hutam
Kemerah-merahan.
|
6,2
|
12,2
|
6,2:12,2
= 0,50
|
Dari hasil percobaan yang kedua,
yang kami lakukan. Kami mendapatka hasil
bahwa warna hitam pada ujungnya juga mengalami perubahan warna menjadi warna
merah muda dan kami menyimpulkan bahwa dalam suatu zat terdiri dari dua atau
lebih campuran yang akan menghasilkan warna yang berbeda saat terjadi
pencampuran degan air atau yang biasa disebut dengan pencairan.
Terjadinya perubahan warna tinta Dari titik tinta warna
hitam, biru, dan merah yang berada di kertas kromatografi yang
di rambati oleh air di dalam gelas kimia seiring merambatnya air ke atas
kertas, zat warna di dalam tinta ikut
merambat naik dan menghasilkan zat warna tinta yang baru berupa noda-noda
kemudian ukur jarak batas air dan jarak
tiap noda zat warna, dan menghitung perbandingan kedua jarak, jarak noda dan
jarak air dengan rumus
Jarak perbandingan = jarak noda :
jarak air.
Jarak dari setiap noda
berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kepolaran masing-masing zat tersebut sehingga harga Rf-nya juga bebeda. Larutan yang bersifat non-polar akan
memperlambat proses kromatografi komponennya, karena komponennya bersifat
polar, sehingga akan mempengaruhi harga Rf, karena perbedaan kelarutan serta
sifat dari campuran tersebut.
SAFETY
Dari hasil diskusi yang kami lakukan
dalam mempelajari matri kuliah yang berjudul safety ini kami dapatkan bahwa
safety berarti keamanan dan keselamatan yang membutuhkan alat sebagi pelindung
diri untuk keamanan dan keselamatan tersebut, yang harus digunakan seseorang
praktikan atau pekerja untuk melindungi dirinya darin kontaminasi lingkungan
pada saat bekerja di laboratorium.
Pencegahan dari Kecelakaan di Laboratorium, Kecelakaan
tersebut terutama disebabkan oleh
(khususnya luka, keracunan bahan kimia, api, letusan dan listrik
1. Api
Api di Lab. Disebabkan oleh bahan mudah terbakar seperti : ether, benzene, asetan dan alkohol.
Api di Lab. Disebabkan oleh bahan mudah terbakar seperti : ether, benzene, asetan dan alkohol.
2. Letusan
Letusan yang tiba-tiba tidak dapat dicegah tetapi ketika terjadi dapat dikurangi dengan menggunakan dinding besi atau betonuntuk melindungi.
Letusan terjadi ketika bahan yang mudah terbakar dipanaskan atau didestilasi, juga terjadi ketika mencampur bahan kimia dan tabung kosong dan segel terbakar.
Letusan yang tiba-tiba tidak dapat dicegah tetapi ketika terjadi dapat dikurangi dengan menggunakan dinding besi atau betonuntuk melindungi.
Letusan terjadi ketika bahan yang mudah terbakar dipanaskan atau didestilasi, juga terjadi ketika mencampur bahan kimia dan tabung kosong dan segel terbakar.
3. Reagensia
Ada 2 macam kecelakaan yang disebabkan reagensia:
Reagensia yang merusak kulit (asam kuat dan basa).
Reagensia yang bersifat racun atau gas yang masuk tubuh.
Ada 2 macam kecelakaan yang disebabkan reagensia:
Reagensia yang merusak kulit (asam kuat dan basa).
Reagensia yang bersifat racun atau gas yang masuk tubuh.
4. Listrik
Ketika peralatan listrik digunakan bahaya memegang dengan tangan basah atau meletakkan peralatan berhubungan dengan air.
Ketika peralatan listrik digunakan bahaya memegang dengan tangan basah atau meletakkan peralatan berhubungan dengan air.
5. Luka atau Kebakaran
Luka karena tergores gelas, terbakar karena baju kena api, memegang pecah belah yang terlalu panas atau menggunakan gas dan alkohol yang mudah terbakar.
Luka karena tergores gelas, terbakar karena baju kena api, memegang pecah belah yang terlalu panas atau menggunakan gas dan alkohol yang mudah terbakar.
hal ini sesuai
dengan pernyataan Erena, yang berpendapat bahwa banyaknya pekerja yang
meremehkan resiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun
sudah tersedia (Erna,2008). Serta pendapat dari Perwitasari dan anwar,
menyatakan bahwa tingkat resiko pemakaian APD (alat pelindung diri) dan
kebersihan petugas laboratorium. Dikarnakan tidak tersedianya APD di
laboratorium serta kurangnya perhatian dari kepala laboratorium dalam
penyediaan APD dan anggarannya yang juga terbatas (Perwitasari dan anwar,2006).
Seiring dengan perkembangan teknologi, peralatan kerja
di laboratorium sebagai sarana research and development-pun juga semakin
berkembang. Artinya kita harus semakin hati-hati bekerja di laboratorium,
termasuk selalu memperhatikan keselamatan bagi diri kita dan orang lain yang
bekerja di laboratorium. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para
pengguna diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan
peralatan keselamatan kerja yang memadai untuk dapat melindungi dan menjamin
keselamatan pekerja.
Fasilitas alat untuk melengkapi ruang kerja di laboratorium antara lain :
Fasilitas alat untuk melengkapi ruang kerja di laboratorium antara lain :
- Fire extinguisher
- Hidrant
- Eye washer
- Water shower
Sedang
peralatan darurat dan pendukung yang harus tersedia di laboratorium antara
lain:
- Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
- Tandu
- Spill Kits
- Pakaian pelindung and Respirators
- Peralatan dekontaminasi
- Disinfektan and peralatan pembersih
- Peralatan lain (palu, obeng, tali, dll)
- Pita demarkasi, tanda peringatan
Untuk kotak
PPPK bisa dilengkapi dengan :
1. Obat luar
- Salep levertran (untuk luka bakar)
- Revanol
- Betadin
- Handyplash
2. Obat ringan
- Salep levertran (untuk luka bakar)
- Revanol
- Betadin
- Handyplash
2. Obat ringan
- Obat-obat anti histamin
- Norit
3. Plester Pembalut
Ukuran kecil, sedang, besar
4. Kapas, kasa steril
Alat keselamatan kerja yang lain alat pelindung diri
(APD) yang biasa disebut juga dengan PPE (Personal Protective Equipment) yaitu
alat yang memberikan perlindungan terhadap bahaya yang mungkin timbul. PPE
merupakan peralatan ataupun pakaian yang didesain untuk mengendalikan resiko
terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. PPE harus dipilih dengan
seksama sesuai tingkat resiko tempat kerja.
Berdasarkan ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat
Alat Pelindung Diri (APD) adalah :
- APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja.
- Bobot seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
- Alat harus dapat dipakai secara fleksibe.
- Bentuknya harus cukup menari.
- Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
- Alat tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya karena bentuk atau karena salah dalam menggunakannya.
- Sudah sesuai dengan standar yang telah ada.
- Alat tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
- Suku cadang mudah didapat untuk mempermudah pemeliharaannya.
Adapun jenis
resiko kecelakaan di laboratorium misalnya :
- Luka goresan, injeksi, dll.
- Pemaparan aerosol (biasanya diluar Biosafety Cabinet/BSC)
- Tumpahan atau pecahan wadah biakan.
- Kecelakaan sentrifus
- Bencana alam, kebakaran dan banjir
- Luka gigitan dan cakaran hewan coba
Mankes, mengemukakan fakta dari hasil laporan
Nasional Safety Council (NSC) pada tahun1988,menunjukan bahwa terjadi
kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja industri lain, khasus
yang sering terjadi adalah tertusuk jarum,terkilir, sakit penggang, tergores,
luka bakar, dan penyakit infeksi lainnya, hal ini di kerenakan kurangnya
kedisiplinan pegawai tersebut dalam menggunakan alat pelindungan diri saat
bekerja. (Mankes,2007).
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa Kromatografi kertas merupakan kromatografi dengan menggunakan
kertas penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan
yang terserap di antara struktur pori kertas.tinggkat ketinggian warna noda
ditentukan oleh volume dan kepekatan tinta, waktu, cara lipatan, serta keadaan
saat proses penyerapan air oleh kertas. Dan dapat juga terjadi kesalahan pada
hasil percobaan seperti, tinta menyebar
atau bercabang kemana-mana yang bisa di sebabkan oleh kesalahan dalam pelipatan
atau oleh proses penyerapan air yang terganggu. Kromatografi adalah
identifikasi suatu zat yang terlarut dalam campuran, perubahan warna dalam
suatu zat dapat disebabkan karna dalam suatu zat tersebut terdiri dari dua atau
lebih campuran yang akan menghasilkan warna yang berbeda saat pengencera. Pada kromatografi kertas, senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat
diambil dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang kemudian
melarutkannya secara terpisah.
Dalam
pembahasan mengenai safety dapat disimpulkan bahwa Alat Pelindung Diri
merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang praktikan atau
pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungannya saat bekerja di
laboratorium.
SARAN
Mahasiswa khususnya di bidang ilmu kesehatan harus
mendapatkan bekal pengetahuan mengenai
bahan kimia dan penangannya. karena saat mereka bekerja di laboratorium tentu saja tidak
dapat terlepas dari interaksi dengan bahan kimia, dan kedisiplinan memakai alat
pelindung diri pada saat bekerja di laboratorium harus di tingkatkan agar tidak
terpapar bahaya dari zat kimia maupun infeksi penularan penyakit.
Semoga kita bisa
menjalankan praktikum dengan lebih baik lagi, agar kita lebih mudah memahami
pengarahan yang disampaikan oleh Asisten Dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.Yogyakarta:Konsius
Arsyad,
M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta.
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas.Erlangga :
Jakarta.
Bernaseoni,G.
2005. Teknologi Kimia. PT Padya Pranita. Jakarta..
Keenan,
Charles W. dkk., 2002, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.
Mulyadi.2006. pengenalan ilmu kimia
. Bumi aksara: Jakarta
Syukri,
2000, Kimia Dasar 3, ITB Press, Bandung.
Anonim.http://www.
evaluasi-penggunaan-alat-pelindung-diri-apd-pada-petugas-laboratorium.htm
No comments:
Post a Comment